Wayang ternyata memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang memerintah Indonesia. Betapa tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De Javasche Bank menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942, Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang. Pada 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan Gatotkoco dan 1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu. Pada 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang dengan pecahan Rp1 dan Rp2,5 dan 1965 menjadi awal keruntuhan pemerintahannya menyusul peristiwa G30S/PKI.
Itulah cuplikan tulisan yang ditampilkan oleh blog.agul.net. Berbicara masalah misteri seputar wayang memang susah untuk di tangkap dengan penalaran. Keunikan wayang justru tertelak pada kemisteriannya. Misteri itu konon juga terdapat pada lakon-lakon yang dipergelarkan oleh Dalang. Biasanya orang yang punya hajat akan menolak lakon Baratayudha, Brubuh, Ontran-ontran, dan lakon yang mengisakan kematian seorang tokoh. Lakon tersebut diyakini oleh penanggap wayang akan membawa sial kelak kemudian hari. Maka dari itu kebanyakan penanggap wayang akan memilih lakon wahyu, atau Raben, yang diyakini akan membawa berkah. Lakon-Lakon yang membawa sial antara lain; Obong, Brubuh , gugur, dan masih banyak lagi termasuk lakon-lakon tua, Watugunung, Pecahing Dina, Lahirnya Semar dll.
Menjadi pemikiran dalam benak saya mengapa lakon Baratayudha harus dilakonkan oleh dalang yang sudah senior/sepuh yang mempunyai bekal kemampuan dan spiritual diatas rata-rata Dalang lainnya sebab jika tidak ada saja halangan yang akan menimpa Dalang atau penanggapnya. Saya ingat dimasa kecil ketika mengikuti ayah mendalang di tetangga kampung dengan lakon Anoman Obong,secara kebetulan atau bagaimana tiba-tiba ditengah malam ada yang rumahnya kebakaran. Teman kuliah saya semasa kuliah berani menampilkan Baratayuda beberapa hari setelah pergelaran Bapaknya meninggal. Saya sendiri setiap melakonkan Baratayuda anak pertama saya masuk rumah sakit, tetapi alhamdulilah sekarang tidak lagi. Saya tidak tahu dan tidak percaya hubungan lakon dengan peristiwa kehidupan,tetapi saya mengalaminya. Apakah karena wayang sudah berumur berabad-abad? apakah karena pujangga pembuat lakon wayang sangat ampuh, ataukah karena campur tangan Wali dalam penciptaan wayang dan penyempurnaan pergelarannya? Walahualam, belum ada penelitian yang mengarah ke sana.
http://wayang.wordpress.com/2010/03/06/misteri-uang-bergambar-wayang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar