Senin, 11 Juli 2011

THE YEAR OF LIVING DANGEROUSLY


The Year of Living Dangerously
Cinta di Tengah Gejolak Revolusi 1965

[Dilarang terbit oleh rezim Orde Baru]

PENGHARGAAN:
*The Age Book of the Year Award
*National Book Council Award

Data Buku
Judul: THE YEAR OF LIVING DANGEROUSLY
Penulis: Christopher Koch
Penerbit: Serambi
Tebal: 496 halaman
Cetakan: II, Oktober 2009
Harga: Rp 49.000

Tahun 1965, sebuah masa yang dikenal sebagai “Vivere Pericoloso”, Hidup Penuh Bahaya, yang membelokkan arah hidup bangsa Indonesia. Pemerintahan Sukarno membawa Indonesia ke tengah ketidakpastian. Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang lemah, Presiden menghabiskan uang untuk membangun monumen-monumen megah, seraya menyulut api kebencian terhadap Barat dan mengobarkan semangat konfrontasi dengan negara tetangga: Ganyang Malaysia! Inggris kita linggis, Amerika kita setrika!

Sementara itu, di Jakarta yang penuh gejolak—tempat intrik politik bergolak dan bahaya senantiasa terendus seperti bau rokok kretek—terjebak Guy Hamilton, seorang wartawan Barat, Billy Kwan, juru kamera bertubuh kate keturunan Cina-Australia, dan Jill Bryant, perempuan Inggris yang sama-sama mereka cintai.

Inilah sebuah drama penuh liku tentang revolusi, cinta segi tiga, kesetiaan, dan pengkhianatan. Selain itu, novel ini membeberkan berbagai peristiwa politik sepanjang tahun penuh pergolakan sampai hari-hari terakhir kekuasaan Presiden Sukarno setelah digulingkan oleh kudeta militer Jenderal Soeharto menyusul Gerakan 30 September.

Setelah lewat 40 tahun, ingatan tentang rangkaian tragedi 1965—ketika ratusan ribu rakyat sipil yang dituduh komunis dibantai menyusul pembunuhan para jenderal di Jakarta—mulai luntur bagi banyak orang. Koch, novelis dan wartawan kawakan Australia, menghidupkan kembali peristiwa itu dengan detail mencekam dalam novel yang dilarang beredar di Indonesia oleh rezim Ode Baru sejak 1978 ini.

Sedemikian menariknya novel ini sehingga diangkat ke layar perak pada 1982 dengan dibintangi para aktor terkemuka Hollywood: Mel Gibson, Sigourney Weaver, dan Linda Hunt. Seperti novelnya, filmnya pun dilarang diputar di Indonesia walaupun mendapat sambutan hangat di seluruh dunia. Tak pelak, novel ini sungguh layak dibaca oleh khalayak luas untuk lebih memahami sejarah kita sendiri.

“Penting dibaca generasi masa kini.”
—The Jakarta Post

“Novel terbaik tentang Indonesia.”
—www.amazon.com

“Karya fiksi yang disajikan dengan matang dan bernas, dipersiapkan dengan baik dan dituliskan dengan indah.”
—Larry McMurtry, penulis pemenang Pulitzer Prize dan Academy Award

“Novel yang indah.”
—The Sidney Morning Herald

“Cerdas, menyentuh, meyakinkan …”
—Anthony Burgess, penulis novel kontroversial A Clockwork Orange

Tidak ada komentar:

Posting Komentar