Selasa, 10 Mei 2011

Masjid Raya Baiturrahman


1. Sejarah Pembangunan

Masjid Baiturrahman memiliki sejarah panjang. Memahami dengan baik sejarah masjid ini, berarti telah memahami sebagian sejarah perjalanan orang-orang Aceh.

Menurut riwayat, Masjid Baiturrahman dibangun ketika Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Namun, masjid ini terbakar di masa pemerintahan Sultan Nurul Alam (1675-1678 M). Sebagai gantinya, kemudian dibangun masjid baru di lokasi yang sama.

Di era penjajahan kolonial Belanda, disamping berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai markas pertahanan rakyat Aceh dalam melawan kolonial Belanda. Fungsi masjid raya sebagai pusat perlawanan sangat jelas terutama di masa Sultan Alaiddin Mahmud Syah (1870-1874 M). Ketika itu, Masjid Raya sering digunakan sebagai tempat musayawarah dalam menyusun strategi melawan Belanda.

Masjid ini merupakan saksi bisu sejarah Aceh. Masjid ini merupakan markas pertahanan rakyat Aceh ketika berperang dengan Belanda (1873-1904). Pada saat terjadi Perang Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar habis oleh tentara Belanda. Pada saat itu, Mayjen Khohler tewas tertembak di dahi oleh pasukan Aceh di pekarangan Masjid Raya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun sebuah monumen kecil di depan sebelah kiri Masjid Raya, tepatnya di bawah pohon ketapang. Enam tahun kemudian, untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, pihak Belanda melalui Gubernur Jenderal Van Lansnerge membangun kembali Masjid Raya ini dengan peletakan batu pertamanya pada tahun 1879. Hingga saat ini Masjid Raya telah mengalami lima kali renovasi dan perluasan (1879-1993).

Peristiwa sejarah yang terakhir adalah terjadinya bencana tsunami 24 Desember 2004. Ketinggian dan derasnya air tsunami hingga 2 meter yang hampir menggenangi ruangan dalam Masjid Raya, menjadi saksi sejarah bagi kebanyakan orang yang selamat ketika berlindung di Masjid Raya. Setelah air tsunami surut, di dalam Masjid Raya dijadikan tempat meletakkan ribuan jenazah korban tsunami.

2. Lokasi

Masjid Raya Baiturrahman terletak di tengah kota Banda Aceh. Dulu, kota ini bernama Kuta Raja.

3. Luas

Masjid Baiturrahman mampu menampung 1900 jamaah shalat.

4. Arsitektur

Arsitektur masjid bercorak eklektik, yaitu suatu rancangan yang dihasilkan dari gabungan berbagai unsur dan model terbaik dari berbagai negeri, sehingga bangunan masjid menjadi begitu megah dan indah. Untuk menambah kemegahan dan keindahan, masjid ini diposisikan di tengah lapangan yang luas terbuka, sehingga semua bagian masjid bisa terlihat dengan jelas dari kejauhan.

Bagian pertama masjid adalah gerbang, posisinya menempel dengan unit utama. Setelah gerbang terdapat porch yang berbentuk segi empat panjang. Bagian depan, kiri dan kanan porch dikelilingi oleh tangga yang membentuk huruf U. Pada ujung tangga depan, terdapat tiga bukaan (jendela tanpa pintu) yang dibentuk oleh empat kolom (tiang) langsing silindris model arsitektur Moorish, yang banyak terdapat di masjid-masjid Afrika Utara dan Spanyol. Antara kolom satu dengan lainnya dihubungkan dengan plengkung patah model Persia. Karena ada empat kolom, maka berarti terdapat tiga plengkung. Pada bagian atas dan sisi plengkung terdapat hiasan relief lengkung-legkung seperti corak Arabesque. Di atas ketiga plengkung ini, terdapat semacam tympanum yang berbentuk jenjang seperti penampang sebuah tangga. Corak ini merupakan model khas rumah klasik Belanda. Pada setiap jenjang dihias dengan miniatur sebuah gardu atau cungkup, yang dihiasi kubah bawang pada bagian puncaknya. Corak ini menunjukkan adanya pengaruh India. Jadi, dari bagian luar saja, sudah begitu jelas nuansa ekletik Masjid Raya ini. Sisi kiri dan kanan porch mempunyai dua kolom yang dihubungkan oleh satu plengkung, dekorasinya sama dengan porch bagian depan.

Setelah melewati porch, kemudian masuk ke ruang utama masjid yang digunakan untuk shalat. Namun, sebelum masuk ke ruang utama ini, terdapat lagi plengkung dan kolom yang sama dengan bagian depan. Plengkung tersebut tanpa pintu, seperti kebanyakan masjid kuno di India. Bagian tengah ruang shalat berbentuk bujur sangkar, diatapi oleh kubah utama yang indah dan megah bercorak bawang, pucuknya dihiasi cunduk, seperti masjid-masjid kuno di India. Penyangga kubah berdenah segi delapan, pada masing-masing sisinya, terdapat sepasang jendela, ambangnya plengkung patah. Pada bagian bawah terdapat tritisan berdenah segi delapan. Pada bagian kiri dan kanan ruang shalat utama ini, terdapat unit sayap kembar, sehingga bangunan ini menjadi simetris. Atap masjid berbentuk limasan berlapis dua. Pada jendela yag terdapat di masjid ini, tampak sekali pengaruh Moorish, terutama dari hiasan yang bercorak intricate.

5. Perencana

Arsitek yang merancang Masjid Raya Baiturrahman adalah seorang kapten zeni angkatan darat Belanda, de Bruijn. Untuk menentukan arsitektur masjid, ia berkonsultasi terlebih dulu dengan Snouck Hurgronje dan penghulu masjid Bandung.

6. Renovasi

Sebagaimana diceritakan di atas, Masjid Raya telah beberapa kali mengalami pembangunan kembali akibat terbakar ataupun dibakar Belanda. Masjid yang berdiri sekarang merupakan masjid yang dibangun Belanda, pengganti dari masjid raya yang telah mereka bakar dalam peperangan menaklukkan Aceh.

Masjid Raya yag dibangun Belanda ini, juga telah direnovasi beberapa kali. Antara tahun 1935 dan 1936 M, sayap kiri dan kanan atapnya ditambah dengan kubah, sehingga jumlahnya menjadi tiga.

Kemudian, pada tahun 1957, ada penambahan dua unit kembar, posisinya di ujung kiri (utara) dan kanan (selatan) dari sayap, masing-masing memiliki satu kubah. Dengan penambahan ini, jumlah kubah menjadi lima, sesuai dengan Pancasila. Namun, jika dilihat dari depan, konstruksi masjid masih tetap simetris.

Selanjutnya, juga dibuat dua buah minaret pada sudut barat-utara dan barat-selatan. Penampang minaret bersegi delapan, dengan bentuk atap sama dengan kubah utama di depan. Namun, satu catatan, penambahan ini tetap mengacu pada elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya di masjid ini, sehingga keaslian masjid tetap terjaga.

Di akhir tahun 1980-an, Masjid Baiturrahman direnovasi. Kemudian, pasca tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2005, masjid ini kembali direnovasi karena mengalami kerusakan, walaupun tidak terlalu parah.

7. Keistimewaan

Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu masjid termegah di Asia Tenggara. Masjid yang menempati area kurang lebih empat hektar ini berarsitektur indah dan unik, memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2, dan dapat menampung hingga 9.000 jama‘ah. Di halaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa yang tumbuh di atasnya.

Kredit foto : www.wisatamelayu.com
sumber: http://melayuonline.com/ind/history/dig/290/masjid-raya-baiturrahman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar