Senin, 09 Mei 2011

Sejarah opium di Asia


Tahun 1600-an Penduduk Persia dan India memakan dan meminum campuran makanan yang mengandung opium untuk maksud bersenang-senang. Pedagang Portugis membawa opium asal India ke Cina.

Tahun 1700-an Orang-orang Belanda mengekspor opium India ke Cina dan pulau-pulau di Asia Tenggara. Para pedagang itu juga memperkenalkan cara menghisap opium dengan menggunakan pipa tembakau kepada orang-orang Cina.

Tahun 1729 Kaisar Cina Yung Cheng mengeluarkan larangan menghisap opium dan penjualannya di dalam negeri, kecuali dengan surat izin untuk keperluan pengobatan.

Tahun 1767 Angka impor perusahaan British East India Co. ke Cina hingga mencapai jumlah mengejutkan sebanyak 2.000 peti setahunnya. Satu peti dapat memuat 60 kilogram opium mentah.

Tahun 1811 Raja Thai Rama II melarang penjualan dan penggunaan opium.

Tahun 1839 Raja Thai Rama III mengenalkan hukuman mati untuk pengedar besar opium tapi masalah opium terbukti terlalu luas bagi para petugas untuk diberantas.

Tahun 1842 Inggris mengalahkan Cina dalam Perang Opium Pertama antara tahun 1839 sampai 1842. Setelah Inggris memaksa Cina untuk tetap membuka jalur perdagangan opium, Cina menyerahkan Hong Kong kepada Inggris. Hong Kong berkembang menjadi sebuah tempat perpindahan penting bagi opium India untuk memasuki pasar Cina yang sangat besar.

Tahun 1856 Orang-orang Inggris dan Perancis memulai lagi permusuhan mereka terhadap Cina dalam Perang Opium Kedua, antara tahun 1856 sampai 1860. Di akhir perjuangan itu, impor opium disahkan secara hukum. Di tahun 1860, Cina mulai menanam opiumnya sendiri dalam jumlah yang sangat banyak.

Tahun 1898 Heinrich Dreser, yang bekerja untuk Bayer Co. di Elberfeld, Jerman, menemukan bahwa mengencerkan morfin dengan asetyl menghasilkan suatu obat tanpa akibat sampingan. Bayer mulai membuat diasetylmorfin dan menamakannya “heroin”, dari kata Jerman heroisch yang berarti heroic (bersifat seperti pahlawan). Heroin tidak diperkenalkan secara umum selama tiga tahun berikutnya.

Tahun 1900-an Sebuah lembaga dermawan A.S. Saint James Society mengadakan suatu kampanye untuk menyediakan contoh-contoh gratis heroin melalui jasa pos kepada para pecandu morfin yang sedang berusaha untuk berhenti. Inggris dan Perancis berhasil dalam mengawasi pembuatan opium di Asia Tenggara. Daerah ini, yang dikenal sebagai Segitiga Emas, lalu menjadi pemain utama dalam perdagangan opium yang menguntungkan di tahun 1940-an.

Tahun 1910 Setelah 150 tahun lamanya gagal dalam usaha untuk membebaskan negara mereka dari opium, orang-orang Cina berhasil membujuk Inggris untuk menggagalkan perdagangan opium antara India dan Cina.

Tahun 1940-an Perang Dunia Kedua memotong aliran perdagangan opium dari India dan Persia. Khawatir akan kehilangan monopoli perdagangan opiumnya, Perancis mendorong para petani Hmong dari daerah pegunungan di selatan Cina untuk memperluas pembuatan opium.

Tahun 1948 Birma mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris pada akhir Perang Dunia Kedua. Penanaman dan perdagangan opium berkembang di daerah Shan.

Tahun 1950-an A.S. berusaha untuk menahan penyebaran Komunisme di Asia dengan menempa kerjasama dengan suku-suku dan para pemimpin yang mendiami daerah Segitiga Emas, sehingga menyediakan kelancaran hubungan dan perlindungan di sepanjang perbatasan Cina. Di pertengahan tahun 1950-an, KMT, sebuah Partai Nasionalis Cina, lari ke daerah-daerah di sekitar Segitiga Emas setelah mengalami kekalahan dari Komunis Cina. Untuk membiayai tujuannya melawan penyerangan Komunis, KMT membujuk para petani suku perbukitan Birma untuk menanam lebih banyak opium. Birma sebagai bagian dari Segitiga Emas meningkatkan pembuatan opiumnya sebanyak 10 sampai 20 kali lipat, dari 30 ton menjadi 300-600 ton.

Tahun 1960-an Para pedagang opium Asia Tenggara mendirikan pabrik-pabrik penyulingan heroin pertama di pertengahan tahun 1960-an di perbukitan di Laos, di seberang sungai Mekong dari Chiang Khong di Thailand. Kemudian, mereka membangun lebih banyak pabrik lagi di perbatasan Thai-Birma.

Tahun 1972 Panglima Perang Birma Khun Sa mengendalikan ekspor heroin dari Segitiga Emas, yang menjadi sumber utama bahan opium mentah dalam perdagangan obat terlarang yang menguntungkan.

Tahun 1978 Wabah heroin menurun. Pencarian atas sumber bahan baku opium menuju Sierra Madre di Meksiko. “Mexican Mud” untuk sementara menggantikan heroin “China White” sampai tahun 1978. Pada tahun yang sama, pemerintah A.S. dan Meksiko menyemprot ladang opium dengan herbisida yang menurunkan jumlah “Mexican Mud” di A.S. Untuk menutupi kekurangan pasokan, daerah “Golden Crescent” (Bulan Sabit Emas) di Iran, Afganistan dan Pakistan meningkatkan pembuatan dan perdagangan heroin gelap.

Tahun 1988 Pemimpin militer Birma meningkatkan pembuatan opium berdasarkan peraturan State Law and Order Restoration Council (Dewan Pemulihan Hukum dan Perintah). A.S. mencurigai bahwa sebuah pengiriman terbesar sejumlah 2.400 pon heroin yang disita di Thailand, dengan tujuan New York, berasal dari Segitiga Emas.

Tahun 1993 Angkatan Darat Thailand dengan bantuan Biro Penerapan Hukum Obat-obatan Terlarang A.S. melancarkan kegiatan penghancuran ribuan akre tanaman opium di daerah Segitiga Emas.

Tahun 1995 Segitiga Emas kini menjadi penghasil opium utama, menghasilkan 2.500 ton setiap tahunnya. Menurut para ahli obat terlarang A.S., para pengedar obat terlarang telah menciptakan jalur perlintasan baru dari Birma melalui Laos menuju bagian selatan Cina, Kamboja dan Vietnam. Sebagai perbandingan, panen tahun 1987 di Birma mencapai 836 ton opium mentah; di tahun 1995 hasilnya meningkat menjadi 2.340 ton.

Tahun 1999 Afganistan menghasilkan panen berlimpah opium sebanyak 4.600 ton. U.N. Drug Control Program (Program Pengawasan Obat Terlarang PBB) memperkirakan bahwa Afganistan menghasilkan 75 persen dari seluruh heroin di dunia.

Tahun 2002 U.N. Drug Control and Crime Prevention Agency (Biro Pengawasan Obat Terlarang dan Pencegahan Kejahatan PBB) mengumumkan bahwa Aghanistan sekali lagi merupakan penghasil opium terbesar sedunia.

Tahun 2003 Usaha Korea Utara untuk memasuki pasar heroin Australia dengan perdagangan heroin yang didukung oleh pemerintahan negara itu mengalami kesulitan.

Tahun 2006 U.N. Office on Drugs and Crimes (Biro Pengawasan Obat Terlarang dan Kejahatan PBB) melaporkan bahwa hasil panen opium di Afganistan di tahun 2006 akan mencapai 6.100 metrik ton - suatu pencapaian tertinggi di dunia. Angka ini merupakan 92 persen dari seluruh pasokan opium di dunia.

Tahun 2007 Raja opium dan mantan pemimpin yang memisahkan diri dari daerah Shan di Segitiga Emas, Khan Sa, meninggal dunia. Ia hidup dari tahun 1933 sampai 2007. Pada masa puncaknya, kerajaan narkotika Khun Sa mengatur pembuatan sekitar seperempat dari pasokan heroin sedunia.

Tahun 2010 Meskipun terjadi penurunan teratur penanaman opium selama tiga tahun terakhir, Birma tetap menjadi penghasil opium kedua terbesar di dunia setelah Afganistan dan menghasilkan sebanyak 330 metrik ton atau 17 persen dari pasokan dunia untuk tahun lalu, menurut “Laporan Obat Terlarang Dunia tahun 2010” dari PBB .

Sumber : Opium: A History (Opium: Suatu Sejarah) karya Martin Booth dengan bahan-bahan tambahan dari Frontline dari PBS, situs Asia Times dan Biro Media Asia Pasifik
http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/print/features/2011/01/01/feature-02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar