Pada kesempatan ini saya ingin berbagi cerita dengan apa yang sudah saya baca dalam buku Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong, Ong Hok Ham (2002). Isinya adalah sebuah sebuah refleksi historis nusantara yang dapat menjadi kajian gambaran keadaan kita sekarang ini.
Kemajuan kolononialisme sesungguhnya didukung oleh lemahnya sektor ekonomi dan finansial kerajaan tradisional di Indonesia, bukan karena VOC pada saat itu mempunyai memiliki persenjataan dan tentara yang kuat untuk mendapatkan kekuasaan di tanah Nusantara, melainkan kekuasaan berdasarkan kontrak yang didapatkan dari kerajaan yang legitim pada saat itu. Pada saat kerajaan menghadapi pemberontakan di dalam, VOC membantu kerajaan tersebut melalui kekuatan ekonominya. Sebagai timbal balik, VOC mendapatkan kekuasaan yang berdasarkan kontrak-kontrak tersebut yang diantaranya seperti kekuasaan ikut campur tangan dalam pemerintahan, monopoli perdagangan dll, yang dapat memperkuat posisi VOC di nusantara. Hanya pada zaman Sultan Agung saja terjadi peperangan. Sesungguhnya posisi VOC pada saat itu sendiri adalah perseroan dagang yang mewakili pemerintahan Hindia Belanda. Jadi kesimpulannya Apakah berarti kita selama ini dijajah oleh sebuah perusahaan dagang dari Belanda?.
Meskipun demikian VOC juga dilanda persoalan internal. Perusahaan ini bukanlah perseroan yang sehat. Gaji yang diberikan kepada pegawainya rendah sehingga korupsi merajalela. Untuk mendapatkan kedudukan yang strategis, misalnya, pegawai VOC perlu menyuap. Pada gilirannya untuk mengembalikan modal, mereka menjual jabatan bupati hingga kepala desa kepada penawar tertinggi. Lebih parah lagi, pegawai VOC banyak yang melakukan perdagangan untuk diri sendiri, dan nilainya lebih besar daripada perusahaan mereka. Hal ini yang menyebabkan VOC dinyatakan pailit terhitung sejak 31 Desember 1799.
Dari artikel diatas ada dua kesimpulan yang dapat diambil. Pertama, bahwa bangsa kita ini sangat lemah dalam mengelola uang sejak zaman dahulu. Semelimpah apa sumber daya yang kita miliki, sesubur apa tanah pertanian kita, sekaya apapun perairan kita, bila kita belum bisa memperkuat pondasi perekonomian negara selamanya kita akan lemah dihadapan bangsa lain. Kedua, kotornya birokrasi internal suatu kekuasaan dapat meruntuhkan eksistensi suatu kekuasaan. KKN, Suap, rendahnya moral aparatur negara dan lemahnya pengawasan, merupakan tanda-tanda gagalnya suatu negara. Lalu, bukankah kedua hal ini sedang terjadi pada bangsa kita sekarang ini? Lalu?
Sumber: GAMA TW. http://tw-raya.blogspot.com/2008/07/refleksi-masa-lalu-indonesia-di-masa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar